Latest Entries »

Sabtu, 16 Oktober 2010

teori bigbang tercantum dalam Al-qur'an

بسم الله الرحمن الرحيم

الحمد لله رب العالمين, وصلاة والسلام على أشرف المرسلين. أما بعد :

Teori Big Bang Tercantum Dalam Al-QuranAllah berfirman :

أَوَلَمْ يَرَ الَّذِينَ كَفَرُوا أَنَّ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ كَانَتَا رَتْقًا فَفَتَقْنَاهُمَا وَجَعَلْنَا مِنَ الْمَاءِ كُلَّ شَيْءٍ حَيٍّ أَفَلَا يُؤْمِنُونَ

Artinya : "Dan apakah orang-orang yang kafir tidak mengetahui bahwasanya langit dan bumi itu keduanya dahulu adalah suatu yang padu, kemudian Kami pisahkan antara keduanya. Dan dari air Kami jadikan segala sesuatu yang hidup. Maka mengapakah mereka tiada juga beriman?" (QS Al-Anbiya' : 30)

Kata "ratq" yang di sini diterjemahkan sebagai "suatu yang padu" digunakan untuk merujuk pada dua zat berbeda yang membentuk suatu kesatuan. Ungkapan "Kami pisahkan antara keduanya" adalah terjemahan kata Arab "fataqa", dan bermakna bahwa sesuatu muncul menjadi ada melalui peristiwa pemisahan atau pemecahan struktur dari "ratq". Perkecambahan biji dan munculnya tunas dari dalam tanah adalah salah satu peristiwa yang diungkapkan dengan menggunakan kata ini.

Teori Big Bang Tercantum Dalam Al-QuranMarilah kita kaji ayat ini kembali berdasarkan pengetahuan ini. Dalam ayat tersebut, langit dan bumi adalah subyek dari kata sifat "fatq". Keduanya lalu terpisah ("fataqa") satu sama lain. Menariknya, ketika mengingat kembali tahap-tahap awal peristiwa Big Bang, kita pahami bahwa satu titik tunggal berisi seluruh materi di alam semesta. Dengan kata lain, segala sesuatu, termasuk "langit dan bumi" yang saat itu belumlah diciptakan, juga terkandung dalam titik tunggal yang masih berada pada keadaan "ratq" ini. Titik tunggal ini meledak sangat dahsyat, sehingga menyebabkan materi-materi yang dikandungnya untuk "fataqa" (terpisah), dan dalam rangkaian peristiwa tersebut, bangunan dan tatanan keseluruhan alam semesta terbentuk.

Ketika kita bandingkan penjelasan ayat tersebut dengan berbagai penemuan ilmiah, akan kita pahami bahwa keduanya benar-benar bersesuaian satu sama lain. Yang sungguh menarik lagi, penemuan-penemuan ini belumlah terjadi sebelum abad ke-20.

#Sumber
KeajaibanAlquran.com

Rabu, 21 April 2010

Kenanglah Ibu Yang Menyayangimu..

Kenanglah Ibu Yang Menyayangimu...
sebelum semua Terlambat&tinggal penyesalanl.....

Suatu ketika seorang bayi siap untuk dilahirkan ke dunia. Menjelang diturunkan dia bertanya kepada Tuhan, “Para malaikat di sini mengatakan bahwa besok Engkau akan mengirimku ke dunia, tetapi bagaimana cara saya hidup di sana, saya begitu kecil dan lemah,” kata si bayi.

Tuhan menjawab, “Aku telah memilih satu malaikat untukmu, ia akan menjaga dan mengasihimu.”

“Tapi di surga, apa yang saya lakukan hanyalah bernyanyi dan tertawa, ini cukup bagi saya untuk bahagia.” Demikian kata si bayi.

Tuhan pun menjawab, “Malaikatmu akan bernyanyi dan tersenyum untukmu setiap hari, dan kamu akan merasakan kehangatan cintanya dan jadi lebih berbahagia.”

Si bayi pun bertanya lagi, “Dan bagaimana saya bisa mengerti saat orang-orang berbicara jika saya tidak mengerti bahasa mereka?”.

Lagi-lagi Tuhan menjawab, “Malaikatmu akan berbicara kepadamu dengan bahasa yang paling indah yang pernah kamu dengar, dan dengan penuh kesabaran dan perhatian dia akan mengajarkan bagaimana cara kamu berbicara.”

Si bayipun bertanya kembali, “Dan apa yang dapat saya lakukan saat saya ingin berbicara kepada-Mu?”

Sekali lagi Tuhan menjawab, “Malaikatmu akan mengajarkan bagaimana cara kamu berdoa.”

Si bayipun masih belum puas, ia pun bertanya lagi, “Saya mendengar bahwa di bumi banyak orang jahat, siapa yang akan melindungi saya?”

Dengan penuh kesabaran Tuhanpun menjawab, “Malaikatmu akan melindungimu, dengan taruhan jiwanya sekalipun.”

Si bayipun tetap belum puas dan melanjutkan pertanyaannya, “Tapi saya akan bersedih karena tidak melihat Engkau lagi.”

Dan Tuhanpun menjawab, “Malaikatmu akan menceritakan kepadamu tentang Aku, dan akan mengajarkan bagaimana agar kamu bisa kembali kepada-Ku, walaupun sesungguhnya Aku selalu berada di sisimu.”

Saat itu surga begitu tenangnya, sehingga suara dari bumi dapat terdengar dan sang anak dengan suara lirih bertanya, “Tuhan, jika saya harus pergi sekarang, bisakah engkau memberitahu siapa nama malaikat di rumahku nanti?”

Tuhanpun menjawab, “Kamu dapat memanggil malaikatmu… IBU …”

Kenanglah Ibu Yang Menyayangimu

Untuk ibu yang selalu meneteskan air mata ketika aku pergi …..

Ingatkah kawan, ketika ibumu rela tidur tanpa selimut demi melihatmu, tidur nyenyak dengan dua selimut membalut tubuhmu ..

Ingatkah kawan ketika jemari ibu mengusap lembut kepalamu .. dan ingatkah kawan ketika air mata menetes dari mata ibumu ketika ia melihatmu terbaring sakit

Kawan .. sesekali jenguklah ibumu yang selalu menantikan kepulanganmu di rumah yang dulu kau dilahirkan, kawan .. kembalilah memohon maaf pada ibumu yang selalu rindu akan senyumanmu. Simpanlah sejenak kesibukan-kesibukan duniawi yang selalu membuatmu lupa untuk pulang, segeralah jenguk ibumu yang berdiri memantimu di depan pintu sampai malampun kian larut.

Kawan.. jangan biarkan engkau kehilangan, saat-saat yang akan kau rindukan di masa datang. ketika ibu telah tiada ..

Tak ada lagi yang berdiri di depan pintu menyambut kita .. tak ada lagi senyuman indah … tanda bahagia. yang ada hanyalah kamar yang kosong tiada penghuninya, yang ada hanyalah baju yang digantung di lemari kamarnya. Tak ada lagi yang menyiapkan sarapan pagi untukmu makan, tak ada lagi yang rela merawatmu sampai larut malam ketika engkau sakit…tak ada lagi dan tak akan ada lagi yang meneteskan air mata mendoakanmu disetiap hembusan nafasnya.

Kawan.. kembalilah segera . peluklah ibu yang selalu menyayangimu ..

Ciumlah kaki ibu yang selalu merindukanmu dan berikanlah yang terbaik diakhir hayatnya.

Kawan berdoalah untuk kesehatannya dan rasakanlah pelukan cinta dan kasih sayangnya jangan biarkan engkau menyesal di masa datang kembalilah pada ibu yang selalu menyayangimu .. kenanglah semua cinta dan kasih sayangnya …

Ibu .. maafkan aku sampai kapanpun tak akan terbalas budi baikmu hanya untaian doa untukmu .. semoga Allah membalas budi baikmu.

Wahai Allah .. ampunilah ibuku dan kasihanilah ia sebagaimana ia mengasihaniku sewaktu aku masih kecil ..

Ibu .. engkau selalu berada didalam hatiku .. tiap jengkal dan hembusan nafasku semoga bahagia selalu menyertaimu.

Ibu .. aku sayang padamu .

Ibu .. maafkan aku … dari anakmu, yang selalu rindu akan pelukan dan cinta kasihmu ..

Nb: ada slidenya jg loh! dah pada pny blm??? Milikilah SEGERA, dijamin berlinangan airmata,hohoho..karena sdh kali kesekian aku memutarnya,di kali kesekian itupun pasti menitikan airmata...


salam

Selasa, 30 Maret 2010

Hikmah pada Kisah Penjual Tempe

Di Karangayu, sebuah desa di Kendal, Jawa Tengah, hiduplah seorang ibu penjual tempe. Tak ada pekerjaan lain yang dapat dia lalukan sebagai penyambung hidup. Meski demikian, nyaris tak pernah lahir keluhan dari bibirnya. Ia jalani hidup dengan riang. “Jika tempe ini yang nanti mengantarku ke surga, kenapa aku harus menyesalinya. ..” demikian dia selalu memaknai hidupnya.

Suatu pagi, setelah salat shubuh, dia pun berkemas. Mengambil keranjang bambu tempat tempe, dia berjalan ke dapur. Diambilnya tempe-tempe yang dia letakkan di atasmeja panjang. Tapi, deg! dadanya gemuruh.Tempe yang akan dia jual, ternyata belum jadi. Masih berupa kacang kedelai, sebagian berderai, belum disatukan ikatan-ikatan putih kapas dari peragian.

Tempe itu masih harus menunggu satu hari lagi untuk jadi. Tubuhnya lemas. Dia bayangkan, hari ini pasti dia tidak akan mendapatkan uang, untuk makan, dan modal membeli kacang kedelai, yang akan dia olah kembali menjadi tempe.

Di tengah putus asa, terbersit harapan di dadanya. Dia tahu, jika meminta kepada Allah, pasti tak akan ada yang mustahil. Maka, di tengadahkan kepala, dia angkat tangan, dia baca doa. “Ya Allah, Engkau tahu kesulitanku. Aku tahu Engkau pasti menyayangi hamba-Mu yang hina ini.

Bantulah aku ya Allah, jadikanlah kedelai ini menjadi tempe. Hanya kepada-Mu kuserahkan nasibku…” Dalam hati, dia yakin, Allah akan mengabulkan doanya.

Dengan tenang, dia tekan dan mampatkan daun pembungkus tempe. Dia rasakan hangat yang menjalari daun itu. Proses peragian memang masih berlangsung. Dadanya gemuruh. Dan pelan, dia buka daun pembungkus tempe. Dan… dia kecewa. Tempe itu masih belum juga berubah. Kacang kedelainya belum semua menyatu oleh kapas-kapas ragi putih. Tapi, dengan memaksa senyum, dia berdiri. Diayakin, Allah pasti sedang “memproses” doanya. Dan tempe itu pasti akan jadi.

Dia yakin, Allah tidak akan menyengsarakan hambanya yang setia beribadah seperti dia. Sambil meletakkan semua tempe setengah jadi itu ke dalam keranjang,dia berdoa lagi. “Ya Allah, aku tahu tak pernah ada yang mustahil bagi-Mu. Engkau Maha Tahu, bahwa tak ada yang bisa aku lakukan selain berjualan tempe. Karena itu ya Allah, jadikanlah.Bantulah aku, kabulkan doaku…”

Sebelum mengunci pintu dan berjalan menuju pasar, dia buka lagi daun pembungkus tempe. Pasti telah jadi sekarang, batinnya. Dengan berdebar, dia intip dari daun itu, dan… belum jadi. Kacang kedelai itu belum sepenuhnya memutih. Tak ada perubahan apa pun atas ragian kacang kedelai tersebut. “Keajaiban Tuhan akan datang… pasti,” yakinnya.

Dia pun berjalan ke pasar. Di sepanjang perjalanan itu, dia yakin, “tangan” Tuhan tengah bekerja untuk mematangkan proses peragian atas tempe-tempenya. Berkali-kali dia dia memanjatkan doa… berkali-kali dia yakinkan diri, Allah pasti mengabulkan doanya.

Sampai di pasar, di tempat dia biasa berjualan, dia letakkan keranjang-keranjang itu. “Pasti sekarang telah jadi tempe!” batinnya. Dengan
berdebar, dia buka daun pembungkus tempe itu, pelan-pelan. Dan… diaterlonjak. Tempe itu masih tak ada perubahan. Masih sama seperti ketika pertama kali dia buka di dapur tadi.

Kecewa, airmata menitiki keriput pipinya. Kenapa doaku tidak dikabulkan? Kenapa tempe ini tidak jadi? Kenapa Tuhan begitu tidak adil? Apakah Dia ingin aku menderita? Apa salahku? Demikian batinnya berkecamuk.

Dengan lemas, dia gelar tempe-tempe setengah jadi itu di atas plastik yang telah dia sediakan. Tangannya lemas, tak ada keyakinan akan ada yang mau membeli tempenya itu. Dan dia tiba-tiba merasa lapar… merasa sendirian. Tuhan telah meninggalkan aku, batinnya.

Airmatanya kian menitik. Terbayang esok dia tak dapat berjualan… esok dia pun tak akan dapat makan. Dilihatnya kesibukan pasar, orang yang lalu lalang, dan “teman-temannya” sesama penjual tempe di sisi kanan dagangannya yang mulai berkemas. Dianggukinya mereka yang pamit,

karena tempenya telah laku. Kesedihannya mulai memuncak. Diingatnya, tak pernah dia mengalami kejadian ini. Tak pernah tempenya tak jadi. Tangisnya kian keras. Dia merasa cobaan itu terasa berat…

Di tengah kesedihan itu, sebuah tepukan menyinggahi pundaknya. Dia memalingkan wajah, seorang perempuan cantik, paro baya, tengah tersenyum, memandangnya. “Maaf Ibu, apa ibu punya tempe yang setengah jadi? Capek saya sejak pagi mencari-cari di pasar ini, tak ada yang menjualnya. Ibu punya?”

Penjual tempe itu heran. Terkesima. Tiba-tiba wajahnya pucat. Tanpa menjawab pertanyaan si ibu cantik tadi, dia cepat menadahkan tangan. “Ya Allah, saat ini aku tidak ingin tempe itu jadi. Jangan engkau kabulkan doaku yang tadi. Biarkan sajalah tempe itu seperti tadi, jangan
jadikan tempe…” Lalu segera dia mengambil tempenya. Tapi, setengah ragu, dia letakkan lagi. “jangan-jangan, sekarang sudah jadi tempe…”

“Bagaimana Bu? Apa ibu menjual tempe setengah jadi?” tanya perempuan itu lagi.

Kepanikan melandanya lagi. “Duh Gusti… bagaimana ini? Tolonglah ya Allah, jangan jadikan tempe ya?” ucapnya berkali-kali. Dan dengan gemetar, dia buka pelan-pelan daun pembungkus tempe itu. Dan apa yang dia lihat, pembaca?? Di balik daun yang hangat itu, dia lihat tempe yang masih sama. Belum jadi! “Alhamdulillah!” pekiknya, tanpa sadar. Segera dia angsurkan tempe itu kepada si pembeli.

Sembari membungkus, dia pun bertanya kepada si ibu cantik itu. “Kok Ibu aneh ya, mencari tempe kok yang belum jadi?”

“Oohh, bukan begitu, Bu. Anak saya, si Shalauddin, yang kuliah S2 di Australia ingin sekali makan tempe, asli buatan sini. Nah, agar bisa sampai sana belum busuk, saya pun mencari tempe yang belum jadi.

Jadi, saat saya bawa besok, sampai sana masih layak dimakan. Oh ya, jadi semuanya berapa, Bu?”

Dalam kehidupan sehari-hari, kita acap berdoa, dan “memaksakan” Allah
memberikan apa yang menurut kita paling cocok untuk kita. Dan jika doa kita tidak dikabulkan, kita merasa diabaikan, merasa kecewa. Padahal, Allah paling tahu apa yang paling cocok untuk kita. Jangan Pernah Suudzon terhadap ALLAH dan yakinlah rencana-Nya adalah SEMPURNA

(dari berbagai sumber)

”Barangsiapa bertaqwa kepada Allah, niscaya Dia mengadakan baginya jalan keluar. Dan Dia memberi rezeki dari jalan yang tidak diduga-dua.” (QS At-Thalaq:2- 3)

“Barangsiapa memperbanyak istighfar, maka Allah akan memberikan kelapangan pada setiap kegelisahan, jalan keluar dari segala kesempitan, dan memberi rezeki yang tidak diduga-duga” (HR: Muslim).

Tidak ada balasan kebaikan kecuali kebaikan pula, maka nikmat Tuhan manalagi yang hendak kamu dustakan” (QS 55:60-61)

“Hendaklah orang yang mampu memberi nafkah menurut kemampuannya. Dan orang yang disempitkan rezkinya hendaklah memberi nafkah dari harta yang diberikan Allah kepadanya” (QS. Al-Tholaq: 7)

“Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah[166] adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir seratus biji. Allah melipat gandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui “(QS Al Baqarah [2]: 261).

Ibu-ku Bermata Satu

Kisah Nyata; Ibu-ku Bermata Satu
Surat dari seorang sahabat di Bumi
Allah…(teks asli surat berbahasa Arab)

Aku tinggal di sebuah kota kecil bersama Ibuku, seorang Ibu yang hanya memiliki satu bola mata, sedang yang satunya aku tidak tahu kenapa dan aku memang tidak mau tahu karena aku begitu benci dengan pemandangan seperti itu, sungguh tidak layak dipandang dan membuatku malu…, pikirku.

Untuk memenuhi kebutuhan harian kami, Dia (Ibu-ku) bekerja sebagai juru masak di sekolah tempat aku belajar.

Suatu hari (di sekolah), ia datang menghampiriku untuk menghabiskan jam istirahatnya bersamaku. Akupun mengatakan padanya; Ibu.., mengapa Ibu kemari..? aku malu dengan teman-temanku bu.., aku tidak ingin mereka tahu kalau aku mempunyai Ibu bermata satu.

Dia (Ibu) hanya diam dan pura-pura tidak mendengar perkataanku, akupun memelototinya dengan penuh rasa kebencian.

Keesokan harinya, beberapa teman dekat-ku mengejekku dengan mengatakan; “anak si Ibu mata satu”…mereka terus mengatakan hal yg sama hingga aku merasa malu dan ingin rasanya bersembunyi di tempat yg tidak diketahui siapapun…, sempat juga terfikir oleh-ku untuk menghindar jauh dari ibuku. Kenapa tidak…? Pikirku.

Sejak saat itu akupun belajar dengan keras dan sungguh-sungguh untuk
mendapatkan peluang beasiswa ke Singapura, dan akhirnya akupun mendapatkannya.

akhirnya aku bisa menghilang dari hadapan ibuku yg selalu membuatku malu.

Aku pergi…, belajar.., menikah…, punya anak…dan akupun membeli rumah di Singapura. Aku menikmati masa-masa bahagia dari hidupku…,

Hingga pada suatu hari Ibuku datang mengunjungiku, saat itu aku sedang tidak ada di rumah.

Ia (ibuku) pun bermain-main dan bersenda gurau dengan anak-anakku, hingga ketika aku pulang kerja akupun kaget melihatnya, dengan setengah berteriak aku mengatakan: Heyyy…berani benar Ibu datang kemari dan bermain dengan anak-anakku. .? keluar sekarang juga, teriakku.

Ibuku menjawab; oh maaf…, sepertinya Ibu salah masuk rumah. Ia-pun keluar dan menghilang dari pandanganku. Huff..dasar, ngapain juga dia kemari, celotehku.

Beberapa bulan kemudian, aku melakukan perjalanan dinas di daerah kelahiranku (tempat-ku sekolah dulu). Iseng-iseng (sekedar hanya ingin tahu), akupun berniat melihat rumah kami dulu (tepatnya rumah Ibuku, Ibu yang selalu membuatku malu)…,

Setibanya di depan rumahku, belum sempat aku masuk ke dalam rumah, seorang tetangga yang aku kenal dulu sebagai petani tua memanggilku. ., iapun mengatakan; ibumu sudah meninggal sebulan yang lalu nak, dia menitipkan surat ini untuk diserahkan padamu.

Aneh…, sedikitpun aku tidak merasakan sedih ataupun kehilangan.

Akupun berlalu dari pak tua itu. Sambil duduk di kursi tua di bawah pohon cemara di depan rumah kami, perlahan namun pasti kubuka surat tersebut..:

“Anakku sayang, sepanjang hari Ibu selalu memikirkanmu…, Ibu rindu denganmu nak, Ibu kangen denganmu anakku. Semenjak Ayahmu berpulang keharibaan-Nya, hanya engkaulah mutiara ibu nak.

Duhai mutiara hatiku…, maafkan Ibu nak, waktu itu Ibu berkunjung ke rumahmu di Singapura tanpa memberi kabar terlebih dahulu, Ibu tidak bermaksud membuatmu malu anakku, Ibu juga tidak berniat untuk menakut nakuti anakmu dengan kondisi Ibu yang hanya memiliki satu mata…, Ibu hanya kangen dan ingin melepas rindu padamu dan cucu-cucu Ibu.

Ibu mohon maaf karena sering membuatmu malu, Ibu mohon maaf karena telah membuat hidupmu tidak nyaman anakku.

Ketahuilah duhai anakku sayang…, dulu ketika engkau masih kecil.., engkau mengalami kecelakaan sehingga harus kehilangan satu bola matamu.

Sebagai seorang Ibu, aku tidak tega, aku tidak sanggup membiarkan engkau hidup dalam kesedihan dan tumbuh besar hanya dengan satu bola mata. Ibu tidak ingin engkau dihina oleh teman-temanmu hanya karena satu matamu telah tiada.

Oleh karena itu, akupun memberikan satu bola mataku untukmu anakku sayang.

Ibu sangat bahagia dan sangat bangga karena anak Ibu satu-satunya dapat melihat dunia dengan mata kepalaku sendiri…

Salam Cinta…

Ibumu…

Tanpa terasa, air mataku pun menetes…, tidak tahu harus bilang apa, tidak tahu harus berbuat apa…, hatiku berkecamuk, air mataku semakin deras mengalir…

Ibu…

Maafkan anakmu ini…

Aku juga sayang padamu bu…

Ya Rabb…, berilah kebahagiaan pada Ibuku…

Jumat, 19 Maret 2010

DO'A TAUBAT

Astaghfirullaahal’azhiimi.
Rabbanaa zhalamnaa anfusanaa wain lam taghfir lanaa wa tarhamnaa lanakuunanna minal khaasiriina. Rabbana aghfirlanaa dzunuubanaa wa kaffir’annaa sayyiaatinaa wa tawaffanaa ma,al abraari. Laa ilaaha illa anta subhaanaka inni kuntu minadhdhaalimiina.
Allahummaghfirlii dzanbii kullahu diqqahu wa jillahu wa awwalahu wa aakhirahu wa’alaa niyatahu wa sirrahu.
Allahumma inni zhallamtu nafsii zhulman katsiiran kabiiran.Walaa yaghfirudz dzunuuba illa anta, faghfirlii maghfiratan min ‘indika warhamnii innaka antal ghafuurur rahiimu.

Artinya:
“Aku memohon ampun atas segala dosaku kepada Allah Yang Maha Agung. Ya Tuhan Kami, kami terlanjur berbuat aniaya terhadap diri kami sendiri, jika Engkau tidak mengampuni kami dan tidak mengasihi kami, pastillah kami ini tergolong orang yang rugi. Ya Tuhan kami, ampunilah dosa-dosa kami dan hapuskanlah kesalahan-kesalahan kami, serta wafatkanlah kami bersama orang-orang yang baik. Tiada Tuhan selain Engkau, Maha Suci Engkau, sesungguhnya aku termasuk orang yang zhalim. Ya Allah, ampunilah dosaku semuannya, baik yang halus maupun yang kasar, yang terdahulu dan yang kemudian, yang nyata dan yang tersembunyi. Ya Allah, aku telah menganiaya diriku sendiri dengan aniaya yang banyak lagi besar, padahal tak ada yang dapat mengampuni dosaku selain Engkau, karena itu ampunilah segala dosaku dengan ampunan dari hadirat-Mu dan kasihanilah aku. Sesungguhnya Engkau Maha Pengampun dan Maha Penyayang.

Kamis, 25 Februari 2010

Profil Nabi Muhammad saw


Banyak orang bertanya kepada saya: Seperti apakah Nabi saw itu, bagaimana gambaran beliau secara jasmaniah, bagaimana penampilannya, bagaimana duduknya, bangunnya, berjalannya, makannya atau tidurnya? Saya membuka kitab-kitab hadis. Saya terpesona karena saya menemukan kelurga dan sahabat Nabi saw melukiskannya dengan sangat jelas dan terperinci. Saya pikir tidak pernah ada tokoh besar dunia yang digambarkan begitu terinci seperti kaum muslim menggambarkan Rasulullah.

Memang, sebahagian besar sahabat hanya menggambarkan sebagian saja dari pertemuannya yang mengesankan dengan sang Nabi. Ada yang terpesona dengan keindahan wajahnya sampai bertanya, “Manakah yang lebih tampan, engkau atau Yusuf?” Nabi menjawab dengan tersenyum: “Yusuf lebih tampan tapi aku lebih manis!” Ada yang terpesona melihat wibawanya sampai tubuhnya berguncang. Nabi saw menghiburnya: “Tenang, tenang. Aku ini manusia biasa saja, yang suka makan daging.” Ada yang menceritakan pengalamannya ketika bersentuhan tangan dengannya, “Tidak pernah aku mencium wewangian apa pun yang lebih harum dari Rasulullah. Tidak pernah aku menyentuh sutra apa pun yang lebih lembut dari telapak tangan Rasulullah.” Sahabat yang lain bercerita, “Aku mengambil kedua tangan Nabi dan meletakkannya pada wajahku. Tiba-tiba aku merasakan tangannya lebih sejuk dari salju dan lebih wangi dari kesturi” (Baca Al-Husayn bin Mas’ud al-Baghawi, Al-Anwâr fi Syamâil al-Nabiyy al-Mukhtâr).

Berikut ini, saya akan menyampaikan kepada Anda profil Rasulullah yang lebih komprehensi f dari laporan para sahabat tadi. Saya mengutip langsung dari kitab-kitab hadis tanpa menambah dan menguranginya. Tugas Anda dan saya ialah memasukkan uraian di bawah dalam bayangan indah di benak kita. Al-Hasan bin Ali, cucu Nabi yang pernah hidup bersama Nabi meminta pamannya dari pihak ibu untuk menceritakan Nabi kepada kita:

“Saya bertanya kepada paman saya, Hind bin Abi Halah- yang selalu berbicara tentang Nabi yang mulia- untuk menceritakan kepadaku berkenaan dengan Nabi saw agar kecintaanku kepadanya bertamb ah. Ia berkata : Nabi Allah sangat berwibawa dan sangat dihormati. Wajahnya bersinar seperti purnama. Ia lebih tinggi dari orang-orang pendek dan lebih pendek dari orang-orang jangkung. Kepalanya agak besar dengan rambut yang ikal. Bila rambutnya itu bisa disisir, ia pasti menyisir rambutnya. Kalau rambutnya tumbuh panjang, ia tidak akan membiarkannya melewati daun telinganya. Kulitnya putih dengan dahi yang lebar. Kedua alisnya panjang dan lebat tapi tidak bertemu. Di antara kedua alisnya ada pembuluh darah melintang yang tampak jelas ketika beliau marah. Ada seberkas cahaya yang menyapu tubuhnya dari bawah ke atas, seakan-akan mengangkat tubuhnya. Jika orang berjumpa dengannya dan tidak melihat cahaya itu, orang mungkin menduga dia mengangkat kepalanya karena sombong.

Janggutnya pendek dan tebal; pipinya halus dan lebar. Mulutnya lebar dengan gigi-gigi yang jarang dan bersih. Di atas dadanya ada rambut yang sangat halus, lehernya seperti batang perak murni yang indah. Tubuhnya serasi , (semua anggota badannya sangat serasi dengan ukuran anggota badan lainnya). Perut dan dadanya sejajar. Bahu-bahunya lebar, sendi-sendi anggota badannya gempal. Dadanya bidang. Bagian tubuhnya yang tidak tertutup pakaian bersinar terang. Seberkas garis rambut yang tipis memanjang dari dadanya ke pusarnya. Di luar itu dada dan perutnya tidak berbulu sama sekali. Lengan, bahu, dan pundaknya berbulu. Lengannya panjang dan telapak tangannya lebar. Tangan dan kakinya tebal dan kekar. Jari jemarinya panjang. Pertengahan telapak kakinya melengkung tidak menyentuh tanah. Air tidak membasahinya. Ketika ia berjalan, ia mengangkat kakinya dari tanah dengan dada yang dibusungkan. Langkah-langkahnya lembut. Ia berjalan cepat seakan-akan menuruni bukit. Bila ia berhadapan dengan seseorang, ia hadapkan seluruh tubuhnya, bukan hanya kepalanya saja. Matanya selalu merunduk. Pandangannya ke arah bumi lebih lama dari pandangannya ke atas langit. Sekali-kali ia memandang dengan pandangan sekilas. Ia selalu menjadi orang pertama yang mengucapkan salam kepada orang yang ditemuinya di jalan.

Kemudian dia berkata: “Ceritakan kepadaku cara bicaranya.”
Ia berkata:”Ia selalu tampak sendu, selalu merenung dalam dan tidak pernah tenang. Ia banyak diamnya. Ia tidak pernah berbicara yang tidak perlu. Ia memulai dan menutup pembicaraannya dengan sangat fasih. Pembicaraannya singkat dan padat, tanpa kelebihan kata-kata dan tidak kekurangan rincian yang diperlukan. Ia berbicara lembut, tidak pernah kasar atau menyakitkan. Ia selalu menganggap besar anugrah Tuhan betapa pun kecilnya. Ia tidak pernah mengeluhkannya. Ia juga tidak pernah mengecam atau memuji-muji berlebihan apa pun yang ia makan.

Dunia dan apa pun yang ada padanya tidak pernah membuatnya marah. Tetapi jika hak seseorang dirampas, ia akan sangat murka sehingga tidak seorang pun mengenallinya lagi dan tidak ada satu pun yang dapat menghalanginya sampai ia mengembalikan hak itu kepada yang punya. Ketika ia menunjuk sesuatu, ia menunjuk dengan seluruh tangannya. Ketika ia terpesona, ia membalikkan tangannya ke bawah. Ketika Ia berbicara terkadang ia bersidekap atau merapatkan telapak tangan kanannya pada punggung ibu jari kirinya. Ketika ia marah, ia palingkan wajahnya. Ketika ia tersinggung, ia merunduk. Ketika ia tertawa, gigi-giginya tampak seperti untaian butir-butir hujan es.
Imam Hasan berkata: “Saya menyembunyikan berita ini dari Imam Husein sampai suatu saat saya menceritakan kepadanya. Ternyata ia sudah tahu sebelumnya. Kemudian aku bertanya kepadanya tentang berita ini. Ternyata ia telah bertanya kepada ayahnya tentang Nabi saw, di dalam dan di luar rumah, cara duduknya dan penampilannya, dan ia menceritakan semuanya.

Imam Husein berkata: ”Aku bertanya kepada ayahku tentang perilaku Nabi saw ketika ia memasuki rumahnya. Ayahku berkata: ”Ia masuk ke rumah kapan saja ia inginkan. Bila ia berada di rumah ia membagi waktunya menjadi tiga bagian, sebagian untuk Allah, sebagian untuk keluarganya dan sebagian lagi untuk dirinya. Kemudian dia membagi waktunya sendiri antara dirinya dengan orang lain; satu bagian khusus untuk sahabatnya yang khusus dan bagian lainnya untuk umum. Ia tidak menyisakan waktunya untuk kepentingan dirinya. Termasuk kebiasaanya pada bagian yang ia lakukan untuk orang lain ialah mendahulukan atau menghormati orang-orang yang mulia dan ia menggolongkan manusia berdasarkan keutamaannya dalam agama. Di antara sahabatnya ada yang mengajukan satu keperluan, dua keperluan atau banyak keperluan lain. Ia menyibukkan dirinya dengan keperluan mereka. Jadi ia menyibukkan dirinya untuk melayani mereka dan menyibukkan mereka dengan sesuatu yang baik bagi mereka.

Ia sering menanyakan keadaan sahabatnya dan memberitahukan kepada mereka apa yang patut mereka lakukan: “Mereka yang hadir sekarang ini harus memberitahukan kepada yang tidak hadir. Beritahukan kepadaku orang yang tidak sanggup menyampaikan keperluannya kepadaku. Orang yang menyampaikan kepada pihak yang berwewenang keluhan seseorang yang tidak sanggup menyampaikannya, akan Allah kukuhkan kakinya pada hari perhitungan.” Selain hal-hal demikian tidak ada yang disebut-sebut di hadapannya dan tidak akan diterimanya. Mereka datang menemui beliau untuk menuntut ilmu dan kearifan. Mereka tidak bubar sebelum mereka menerimanya. Mereka meninggalkan majlis nabi sebagai para pembimbing untuk orang-orang di belakangnya.

Saya bertanya kepadanya tentang tingkah-laku Nabi yang mulia di luar rumahnya. Ia menjawab: “Nabi itu pendiam sampai dia merasa perlu untuk bicara. Ia sangat ramah dengan setiap orang. Ia tidak pernah mengucilkan seorang pun dalam pergaulannya. Ia menghormati orang yang terhormat pada setiap kaum dan memerintahkan mereka untuk menjaga kaumnya. Ia selalu berhati-hati agar tidak berperilaku yang tidak sopan atau menunjukkan wajah yang tidak ramah kepada mereka. Ia suka menanyakan keadaan sahabat-sahabatnya dan keadaan orang-orang di sekitar mereka, misalnya keluarganya atau tetangganya. Ia menunjukkan yang baik itu baik dan memperkuatnya. Ia menunjukkan yang jelek itu jelek dan melemahkannya. Ia selalu memilih yang tengah-tengah dalam segala urusannya.

Ia tidak pernah lupa memperhatikan orang lain karena ia takut mereka alpa atau berpaling dari jalan kebenaran. Ia tidak pernah ragu-ragu dalam kebenaran dan tidak pernah melanggar batas-batasnya. Orang-orang yang paling dekat dengannya adalah orang-orang yang paling baik. Orang yang paling baik, dalam pandangannya, adalah orang yang paling tulus menyayangi kaum muslimin seluruhnya. Orang yang paling tinggi kedudukannya di sisinya adalah orang paling banyak memperhatikan dan membantu orang lain.

Ia berkata: kemudian aku bertanya kepadanya tentang caranya ia duduk. Ia menjawab: Ia tidak pernah duduk atau berdiri tanpa mengingat Allah. Ia tidak pernah memesan tempat hanya untuk dirinya dan melarang orang lain duduk di situ. Ketika ia datang di tempat pertemuan, ia duduk di mana saja tempat tersedia. Ia juga menganjurkan orang lain untuk berbuat yang sama. Ia memberikan tempat duduk dengan cara yang sama sehingga tidak ada orang yang merasa bahwa orang lain lebih mulia ketimbang dia. Ketika seseorang duduk di hadapannya, ia akan tetap duduk dengan sabar sampai orang itu berdiri dan meninggalkannya. Jika orang meminta sesuatu kepadanya, ia akan memberikan tepat apa yang ia minta. Jika ia tidak sanggup memenuhinya, ia akan mengucapkan kata-kata yang membahagiakannya. Semua orang senang pada akhlaknya sehingga ia seperti ayah bagi mereka dan semua ia perlakukan dengan sama.

Majlisnya adalah majlis kesabaran, kehormatan, kejujuran dan kepercayaan. Tidak ada suara keras di dalamnya dan tidak ada tuduhan-tuduhan yang buruk. Tidak ada kesalahan orang yang diulangi lagi di luar majlis. Mereka yang berkumpul dalam pertemuan memperlakukan sesamanya dengan baik dan mereka terikat satu sama lain dalam kesalehan. Mereka rendah hati, sangat menghormati yang tua dan penyayang pada yang muda, dermawan kepada yang fakir dan ramah pada pendatang dari luar.

Aku bertanya kepadanya bagaimana ia bergaul dengan sahabat-sahabatnya. Ia menjawab: “ Ia ceria, selalu lembut hati, dan ramah. Ia tidak kasar dan tidak berhati keras. Ia tidak suka membentak-bentak. Ia tidak pernah berkata kotor, tidak suka mencari-cari kesalahan orang, juga tidak suka memuji-muji berlebihan. Ia mengabaikan apa yang tidak disukainya dalam perilaku orang begitu rupa sehingga orang tidak tersinggung dan tidak putus asa. Ia menjaga dirinya untuk tidak melakukan tiga hal: bertengkar, banyak omong, dan berbicara yang tidak ada manfaatnya. Ia juga menghindari tiga hal dalam hubungannya dengan orang lain: ia tidak pernah mengecam orang; ia tidak pernah mempermalukan orang; dan ia tidak pernah mengungkit-ungkit kesalahan orang. Ia tidak pernah berkata kecuali kalau ia berharap memperoleh anugrah Tuhan. Bila ia berbicara, pendengarnya menundukkan kepalanya, seakan-akan burung bertengger di atas kepalanya. Baru kalau ia diam, pendengarnya berbicara. Mereka tidak pernah berdebat di hadapannya. Jika salah seorang di antara mereka berbicara, yang lainnya mendengarkannya sampai ia selesai. Mereka bergiliran untuk berbicara di hadapannya. Ia tertawa jika sahabatnya tertawa; ia juga terkagum-kagum jika sahabatnya terpesona. Ia sangat penyabar kalau ada orang baru bertanya atau berkata yang tidak sopan, walaupun sahabat-sahabatnya keberatan. Ia biasanya berkata, “Jika kamu melihat orang yang memerlukan petolongan, bantulah ia.” Ia tidak menerima pujian kecuali dari orang yang tulus. Ia tidak pernah menyela pembicaraan orang kecuali kalau orang itu melampaui batas. Ia menghentikan pembicaraannya atau ia berdiri meninggalkannya.

Kemudian aku bertanya kepadanya tentang diamnya Nabi saw. Ia berkata: Diamnya karena empat hal; karena kesabaran, kehati-hatian, pertimbangan, dan permenungan. Berkaitan dengan pertimbangan, ia lakukan untuk melihat dan mendengarkan orang secara sama. Berkaitan dengan permenungan, ia lakukan untuk memilah yang tersisa (bermanfaat) dan yang binasa (yang tidak bermanfaat). Ia gabungkan kesabaran dengan lapang-dada. Tidak ada yang membuatnya marah sampai kehilangan kendali diri. Ia berhati-hati dalam empat hal: dalam melakukan perbuatan baik sehingga orang dapat menirunya; dalam meninggalkan keburukan sehingga orang berhenti melakukannya; dalam mengambil keputusan yang memperbaiki umatnya; dan dalam melakukan sesuatu yang mendatangkan kebaikan dunia dan akhirat. “ (Ma’âni al-Akhbâr 83; ‘Uyûn al-Akhbâr al-Ridha 1:246; Ibn Katsir, Al-Sîrah al-Nabawiyyah, 2:601; lihat Thabathabai, Sunan al-Nabi saw 102-105).

(Tulisan ini diambil dari buku tebaru Jalaluddin Rakhmat, “The Road to Muhammad”)

Selasa, 23 Februari 2010

Ciri-Ciri Ummat Muhammad SAW

“Muhammad adalah utusan Allah. Dan orang-orang yang bersama-sama dengan dia adalah keras terhadap orang-orang kafir tetapi berkasih-sayang terhadap sesamanya (sesama Muslim). Kamu lihat mereka rukuk dan sujud mencari karunia dan keridhaan Allah. Tanda-tanda mereka tampak pada wajah mereka bekas sujud. Demikianlah sifat-sifat mereka digambarkan dalam Kitab Taurat dan Kitab Injil, yaitu seperti tanaman yang mengeluarkan tunasnya dan tunas itu menjadikan tanaman itu kuat lalu menjadi besar dan tegak lurus di atas pokoknya.

Tanaman itu menyenangkan hati penanam-penanamnya karena Allah hendak menjengkelkan hati orang-orang kafir. Allah menjanjikan kepada orang-orang yang beriman dan beramal shalih di antara mereka ampunan dan pahala yang besar.” (Al-Fath: 29)

Ayat diatas terdapat didalam Surah Al-Fath. Surah ini diberi nama “Al-Fath” yang berarti kemenangan, karena banyak menggambarkan tentang kemenangan yang akan didapatkan oleh Nabi Muhammad Shalallahu ‘alaihi wa sallam. Sehingga pada waktu surah ini diturunkan Nabi berkata kepada sahabat-sahabatnya, “Sesungguhnya telah diturunkan kepadaku satu surat yang surat itu benar-benar lebih aku cintai daripada seluruh apa yang disinari matahari“ (Riwayat Bukhari).

Dalam ayat 29 ini Allah Subhanahu wa Ta’ala menjelaskan tentang ciri-ciri dari pengikut Nabi Muhammad SAW. Dikatakan bahwa pengikut Nabi itu memiliki ciri-ciri:

1. Perinsip yang tegas melawan kekafiran

Kalau menyangkut aqidah dan keyakinan kepada Allah SWT, ummat Muhammad tidak mengenal kompromi. Apalagi tehadap kekafiran. Kendati kondisi kehidupannya dalam keadaan sangat krisis, sampai terancam kematian, seorang beriman yang mencontohi kehidupan Nabinya tidak akan goyah. Orang-orang kafir yang secara realitas di tangannya tergenggam kekayaan duniawi sering memanfaatkan keadaan seperti ini untuk membujuk dan merayu orang beriman, dengan harapan secara perlahan dapat digeser untuk meninggalkan tempatnya bepijak. Kalau tokh orang lain banyak yang goyah, dia berusaha menjadi syuhada ditengah-tengah krisis itu mempertahankan aqidah dan keyakiannya.

2. Bersifat marhamah (kasih-sayang) kepada sesama Muslim

Nabi menggambarkan sifat orang beriman didalam berkasih sayang bagaikan tubuh yang satu. Bila salah satu anggota tubuh itu menderita sakit maka semua anggota tubuh itu ikut merasa sakit dan tidak bisa tidur.

Diceritakan bahwa dalam sutu peperangan yakni Perang Yarmuk, tiga orang sahabat: Ikrimah bin Abi Jahal, Suhail bin Amru, Al-Harits bin Hisyam, terluka karena terkena anak panah. Pada waktu Ikrimah minta air karena kehausan, seorang sahabat memberikannya segelas air. Saat ingin meneguk air itu Suhail yang ada di sebelahnya juga berteriak minta air karena juga kehausan. Ketika air itu sudah sampai di bibirnya Al-Harits di sebelahnya juga berteriak lebih keras karena tidak mampu menahan dahaga. Maka ketika Al-Harits ingin meneguk air itu terdengar suara nafas Suhail tersengal-sengal maka Al-Harits minta agar air itu diserahkan segera kepada sahabatnya. Karena dalam hatinya berkata, “Temanku jauh lebih parah daripadaku.”

Namun ketika gelas diserahkan kepada Suhail, Suhail sudah keburu gugur. Gelas itu kemudian dialihkan kepada Al-Harits, namun sahabat yang ini juga keburu gugur. Akhirnya gelas itu dikembalikan kepada Ikrimah, tapi lagi-lagi Ikrimah sudah gugur. Sehingga tidak seorang pun di antara ketiganya yang sempat membasahi kerongkongannya dengan segelas air.

Ini satu contoh ekstrim bagaimana perasaan cinta yang tumbuh di kalangan sahabat. Bukan dalam keadaan normal saja mereka tergerak untuk memberi pertolongan tapi dalam keadaan jiwa terancam pun lebih mementingkan saudaranya daripada dirinya sendiri.

Kembang-kembang cinta inilah yang sudah tak nampak di taman kehidupan ummat Islam dewasa ini. Tak ada mawar berduri menjadi pagarnya dan tak ada lagi kembang melati, kembang bougenvil, nusa indah, anggrek, seruni yang menghiasinya. Jadilah taman kehidupan ummat Islam menjadi gersang, tidak mendatangkan kesejukan. Padahal cinta mencintai ini merupakan ciri kehidupan ummat Muhammad yang menjadi lem perekat antara yang satu dengan yang lain.

3. Tegak di atas kekuatan ibadah

Mereka menjadikan rukuk dan sujud (ibadah shalat) sebagai pekerjaan utamanya. Tidak ada yang dijadikan media paling utama untuk menyedot dan menyadap kekuatan Ilahi selain shalat. Mereka juga menjadikan shalat sebagai sarana merendahkan diri di hadapan Allah SWT sehingga kelembutannya tidak mudah disudu dan kekerasannya tidak mudah ditukik, sebagaimana kata peribahasa. Artinya baik sifat lemah lembutnya ataupun ketegasannya tidak dapat dimanfaatkan oleh musuh untuk merusaknya.

Kekuatan Ilahiyah yang telah membentuk kepribadian dan perwatakannya begitu dominan sehingga tidak ada kekuatan yang dapat mendobraknya. Padahal kalau orang menyaksikan apa yang mereka lakukan di malam hari; yang rukuk dan sujud merapatkan wajah ke tanah, seperti tidak mempunyai kekuatan sedikit pun. Terkesan seperti manusia cengeng karena malam-malamnya dipenuhi dengan tangis sesenggukan menghadap Tuhannya. Pada saat itulah kekuatan Ilahiyah tersedot memberi energi dan spirit. Sehingga di kala mereka tampil di medan perang, ibarat singa kelaparan. Atau di kala mereka melakukan aktivitas keseharian nampak energik dan penuh kesungguhan.

4. Wajah-wajah berseri

Ciri lain dari umat Muhammad SAW adalah mukanya berseri-seri. Namun perlu disadari bahwa wajah yang berseri-seri ini tidaklah serta merta datangnya. Itu adalah pengaruh dari hati yang bening. Pengaruh dari rukuk dan sujud serta upaya pendekatan diri kepada Allah SWT yang dilakukannya setiap saat. Memang Nabi pernah mengatakan, ”Barang siapa yang banyak melakukan shalat tengah malam, maka jernihlah wajahnya di siang hari”. (Riwayat Al-A’masy).

Nabi Muhammad SAW memiliki wajah yang seperti ini. Tidak pernah jemu orang menatapnya. Tidak sedikit orang terpengaruh masuk Islam adalah setelah melihat wajah Nabi Muhammad yang memiliki daya pikat yang luar biasa. Orang yang menatap wajahnya dapat menyimpulkan bahwa pemilik wajah seperti itu tidak mungkin pembohong; tidak mungin penipu; lebih-lebih lagi tidak mungkin penjahat. Sebelum Nabi berbicara, orang yang yang menikmati senyumnya telah terpesona duluan.

Demikian inilah semestinya wajah-wajah dan postur orang Mukmin. Kepadanya tumpuan orang untuk menyelesaikan problemnya. Dan di kala berjumpa, baru saja menatap wajahnya sudah selesai sebagian besar permasalahannya. Karena senyumnya yang sejuk langsung menyusup ke kalbu, mencairkan gumpalan problem yang ada di dalamnya.

5. Pertumbuhannya menakjubkan kalangan Islam dan membuat dongkol kalangan musuh

Ummat Muhammad SAW pertumbuhannya ibarat sebatang tunas yang awalnya kecil lalu dengan cepat tumbuh besar menjadi rindang. Tunas awal itu adalah Khadijah binti Khuwailid, seorang janda kaya. Kemudian menyusul Abu Bakar As-Shiddiq, sebagai orang dewasa. Ali bin Abi Thalib yang masih anak-anak dan Sa’id bin Haritsa dari kelompok budak. Dari tunas awal inilah kemudian tumbuh menjadi rimbun. Akarnya terhunjam ke petala bumi dan dahan dan rantingnya menjulang ke angkasa.

Dalam waktu yang relatif singkat menurut ukuran kurun peradaban, Islam berkembang sangat pesat. Memang menakjubkan kalangan Islam dan menimbulkan kedongkolan musuh-musuh Islam.

Demikianlah manuver-manuver peperangan yang dilancarkan ummat Islam, orang kafir selalu berada dalam posisi terpecundang. Kini, dari tunas yang kecil itu telah meliputi dunia dengan jumlah satu milyar orang.

Allah SWT menutup ayat 29 ini dengan firman-Nya: “Allah menjanjikan orang-orang yang beriman dan beramal shalih di antara mereka dengan ampunan dan pahala yang besar.” * (Manshur Salbu/Hidayatullah).